Kutai Kartanegara — Tak banyak yang tahu bahwa sosok di balik berdirinya Kampung Inggris Pare, salah satu pusat pembelajaran Bahasa Inggris terbesar di Indonesia, ternyata berasal dari pedalaman Kalimantan Timur. Ia adalah Muhammad Kalend Osen, pria kelahiran 20 Februari 1945 dari Sebulu, Kutai Kartanegara.
Perjalanan hidup Mr. Kalend, begitu ia biasa disapa, penuh liku dan inspirasi. Lahir dari keluarga sederhana yang religius, ia tumbuh di lingkungan tanpa akses pendidikan modern. Tahun 1972, dengan modal hanya Rp18 ribu dan bantuan dari teman-temannya, ia hijrah ke Pulau Jawa dan belajar di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo. Di sanalah ia pertama kali mengenal Bahasa Arab dan Inggris.
Keterbatasan ekonomi sempat menghentikan langkahnya menempuh pendidikan di Gontor. Namun sebelum pulang, ia justru mendapatkan informasi tentang KH Ahmad Yazid, seorang ulama di Pare, Kediri, yang dikenal menguasai sembilan bahasa asing. Mr. Kalend pun melanjutkan belajarnya di sana.
Titik balik datang pada tahun 1976, saat dua mahasiswa IAIN Sunan Ampel datang ke pesantren tempat Mr. Kalend belajar. Karena sang Kyai sedang ke luar kota, sang istri menunjuk Mr. Kalend — yang kala itu tengah menyapu halaman — untuk mengajar mereka. Setelah lima hari belajar, kedua mahasiswa itu lulus ujian dan menyebarkan cerita keberhasilan mereka. Sejak saat itu, nama Mr. Kalend mulai dikenal luas.
Atas dorongan para murid, pada 15 Juli 1977 Mr. Kalend mendirikan Basic English Course (BEC) di emperan Masjid Darul Falah. Dari tempat sederhana itu, BEC berkembang pesat menjadi lembaga kursus besar dengan gedung bertingkat dan ratusan murid dari seluruh Indonesia dan mancanegara. Banyak alumninya kemudian mendirikan kursus serupa, membentuk sebuah ekosistem pembelajaran bahasa yang kini dikenal luas sebagai Kampung Inggris Pare.
Kini, Kampung Inggris tak hanya menjadi tujuan belajar para pelajar dan mahasiswa, tetapi juga para profesional dan pejabat. Bahasa Inggris pun menjadi bahasa percakapan sehari-hari di kawasan tersebut.
Melalui dedikasi dan ketulusan hatinya, Mr. Kalend membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk memberi dampak besar. Ia menjadi bukti nyata bahwa perubahan bisa dimulai dari sudut terpencil di Kalimantan Timur.











