Kutai Kartanegara (Kukar) – Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mengambil langkah strategis untuk menggenjot potensi ekonomi dari tanaman endemik Asia Tenggara, kratom (kedemba). Komoditas yang selama ini dikenal sebagai obat herbal tradisional dan memiliki nilai ekonomi tinggi ini, kini ditargetkan menjadi salah satu pilar utama industri non-ekstraktif daerah, dengan potensi ekspor yang sangat menjanjikan.
Di bawah kepemimpinan Bupati Aulia Rahman Basri dan Wakil Bupati Rendi, Pemda Kukar merealisasikan program Kukar Idaman Terbaik melalui rencana pembangunan pabrik pengolahan kratom di Kecamatan Kota Bangun. Langkah ini diharapkan mampu memaksimalkan nilai tambah komoditas lokal.
“Hal ini sejalan dengan pengembangan industri non-ekstraktif untuk peningkatan sumber perekonomian,” jelas Bupati Aulia. Ia menambahkan, keseriusan ini ditunjukkan dengan pembentukan kelompok kerja yang melibatkan unsur multipihak.
“Kami melibatkan semua komponen, yaitu dari Pemerintah Daerah, pihak akademisi—bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan Unmul (Universitas Mulawarman)—serta pihak swasta dan masyarakat,” terangnya.
Tekad Akhiri “Efek Susu Beruang” pada Ekspor
Bupati Aulia menegaskan bahwa rencana pembangunan pabrik ini merupakan upaya serius untuk memastikan Kukar mendapatkan manfaat ekonomi secara penuh dari hasil produksinya. Saat ini, meskipun produk kratom Kukar, terutama dari Tenggarong Seberang, menjadi bagian besar dari ekspor nasional—termasuk pengiriman senilai Rp17 miliar ke India—proses teknis ekspor masih harus melalui Jakarta.
Hal ini dikarenakan Kukar belum memiliki fasilitas penunjang ekspor yang memadai, seperti alat pemindaian X-ray yang diperlukan untuk kontrol kualitas (quality control) sebelum pengiriman internasional.
Kondisi tersebut memicu kekhawatiran Bupati Aulia. “Ya kalau kita begini terus, nanti seperti susu beruang; yang punya sapi, yang mendapat nama beruang,” tegasnya. “Yang kita di sini memproduksi, yang dapat nama ekspor nanti dari Jakarta.”
Oleh karena itu, pembangunan pabrik pengolahan di Kota Bangun menjadi prioritas. Meskipun saat ini sudah ada pabrik swasta di Tenggarong Seberang yang memproduksi ekstrak dengan kapasitas terbatas, Pemda berkomitmen untuk mengembangkan industri ini secara masif dan berkelanjutan.
“Kami akan membangun pabrik. Dan kami juga berkomitmen pengembangan kratom ke depan itu dengan juga melibatkan teman-teman yang sudah bekerja di Tenggarong Seberang,” tutup Bupati Aulia.
Saat ini, tim kerja kratom Kukar tengah mempersiapkan finalisasi tim dan akan segera melakukan studi kelayakan untuk memastikan implementasi proyek pabrik ini dapat bergerak cepat dan terencana di lapangan. Langkah ini diharapkan dapat menempatkan Kukar sebagai pemain utama dalam rantai pasok kratom global, sekaligus mewujudkan kemandirian ekonomi daerah.











