radarnusantara.co.idr, SAMARINDA – Maraknya kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di Kota Samarinda masih menjadi permasalahan serius dan perlu perhatian lebih.
Hal ini membuat, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sri Puji Astuti, menyoroti permasalahan yang terjadi. Dirinya menekankan bahwa stigma sosial di masyarakat menjadi penghalang utama bagi anak-anak untuk melapor dan mencari perlindungan.
Menurutnya, banyak kasus kekerasan terhadap anak yang tidak terungkap karena pihak korban merasa takut dan malu menceritakan pengalaman yang mereka alami.
“Stigma ini menyebabkan banyak anak enggan melapor meskipun mereka berhak mendapatkan perlindungan. Banyak kasus kekerasan yang tidak terdeteksi akibat ketakutan dan rasa malu yang dialami anak-anak,” ucapnya, Rabu (26/02/2025).
Lebih lanjut, dirinya menyiapkan langkah pencegahan, ia menegaskan bahwa pentingnya edukasi dan sosialisasi yang lebih intensif mengenai perlindungan anak di kalangan masyarakat. Ia juga mendorong agar program perlindungan anak diperluas dan diperkenalkan secara masif, sehingga masyarakat memahami cara melindungi anak-anak dari kekerasan.
“Sosialisasi ini sangat penting agar masyarakat lebih sadar dan tahu bagaimana cara mencegah serta menangani kasus kekerasan terhadap anak,” tegasnya.
Dirinya juga mengusulkan agar penyuluhan dilakukan di sekolah-sekolah, khususnya di tingkat SD dan SMP. Ia percaya bahwa pendidikan sejak dini tentang bahaya kekerasan seksual akan memberikan pengetahuan kepada anak-anak untuk melindungi dirinya sendiri.
“Sekolah adalah tempat yang tepat untuk memberikan edukasi kepada anak-anak tentang bahaya kekerasan seksual dan bagaimana mereka dapat menjaga diri,” imbuhnya.
Selain melakukan sosialisasi, Puji mendorong pemanfaatan media digital untuk menyebarluaskan informasi tentang perlindungan anak. Menurutnya, platform digital dapat menjadi alat efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat secara luas.
Akhir kata, dirinya mengatakan bahwa pencegahan kekerasan terhadap anak bukan hanya menjadi tanggung jawab keluarga, tetapi memerlukan peran aktif seluruh elemen masyarakat.
“Masyarakat harus bekerja sama dengan keluarga untuk menciptakan ruang yang aman, di mana anak-anak bisa tumbuh dan berkembang tanpa kekerasan,” tandasnya. (adv/fwz/dprdsamarinda)











