Oleh: Nabil In Yoga, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
radarnusantara.co.idr, SAMARINDA – Tantangan adalah hal yang lumrah dalam dunia kepemimpinan mahasiswa terlebih di dalam tubuh organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), tantangan bukan hanya datang dari luar, tapi juga dari dalam: dari integritas, dari niat, dan dari keberanian untuk bersikap benar meski tidak populer. Di sinilah nilai kejujuran memainkan peran yang tidak tergantikan.
Kejujuran bukan sekadar berkata jujur. Ia adalah keberanian untuk bersikap terbuka, transparan, dan bertanggung jawab atas setiap tindakan yang diambil. Seorang pemimpin BEM yang jujur tidak hanya akan dipercaya oleh anggotanya, tetapi juga oleh seluruh mahasiswa. Karena kepercayaan itu tumbuh dari ketulusan, bukan dari kepura-puraan.
Kejujuran adalah kunci utama untuk menciptakan BEM yang benar-benar bekerja untuk mahasiswa. Tanpa kejujuran, suara mahasiswa bisa disalahgunakan. Aspirasi bisa dimanipulasi. Kepentingan bisa dikaburkan. Tapi dengan kejujuran, setiap keputusan akan lahir dari niat yang bersih dan tujuan yang jelas: membawa perubahan yang nyata.
Kepemimpinan bukan tentang pencitraan, tapi tentang pelayanan. Dan tidak ada pelayanan yang benar tanpa kejujuran sebagai dasarnya. Sebab dari kejujuran lahir transparansi, dari transparansi lahir kepercayaan, dan dari kepercayaan lahir kolaborasi. Inilah ekosistem yang layak dibangun dalam tubuh BEM: ekosistem yang kuat karena didasarkan pada nilai-nilai yang tidak bisa ditawar, dan salah satunya adalah kejujuran.
BEM bukan hanya harus menjadi organisasi yang aktif, tapi juga yang berintegritas. Tidak hanya lantang bersuara di luar, tapi juga bersih di dalam. Karena perubahan sejati dimulai dari kejujuran yang sederhana, namun kokoh.






