Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ekti Imanuel, angkat suara keras soal perkembangan pembangunan jalan penghubung di Kabupaten Kutai Barat (Kubar) dan Mahakam Ulu (Mahulu). Ia dan tim Komisi III DPRD Kaltim—termasuk Abdul Rahman Agus, Sugiyono, dan Baharuddin Muin—turun langsung meninjau proyek jalan sepanjang 28 kilometer yang membentang dari Kecamatan Tering (Kubar) hingga Long Hubung (Mahulu).
Sayangnya, hasil inspeksi mereka mengundang kekhawatiran besar. Progres pengerjaan terutama di segmen dua dan empat masih jauh dari kata memuaskan. Laporan lapangan menyebutkan, segmen dua baru selesai kurang dari 20%, sementara segmen empat sekitar 24%. Padahal, waktu pelaksanaan proyek tinggal sekitar 70 hari kerja lagi!
“Segmen dua ini paling bermasalah dan mengkhawatirkan. Kami berharap kontraktor bisa maksimalkan waktu yang tersisa agar bisa selesai sesuai target,” tegas Ekti saat dikonfirmasi Rabu, 22 Oktober 2025.
DPRD Kaltim tak mau tinggal diam. Mereka sudah jadwalkan peninjauan ulang pada Desember mendatang untuk memastikan semua berjalan lancar dan proyek rampung tepat waktu. Ekti menekankan, “Jalan ini adalah urat nadi masyarakat Mahulu yang selama ini sudah lama menantikan akses darat yang layak. Komitmen semua pihak harus nyata!”
Tak kalah tegas, Abdul Rahman Agus dari Komisi III mengingatkan para kontraktor agar bertanggung jawab penuh terhadap jadwal kontrak yang sudah disepakati. “Semua kontraktor optimistis bisa menyelesaikan tepat waktu. Tapi kita akan lihat bukti nyatanya pada peninjauan bulan Desember nanti,” ujarnya.
Data lapangan mengungkap fakta mengejutkan soal progres tiap segmen. Segmen satu sudah mencapai 80% dengan panjang 4 kilometer dan nilai anggaran Rp49,2 miliar. Segmen dua baru di bawah 20%, panjang 4,6 km, anggaran Rp49,8 miliar. Segmen tiga sudah 60% dengan nilai Rp45,9 miliar, sementara segmen empat baru 24%, panjang 4,4 km, dan anggaran Rp47,8 miliar.
Total proyek ambisius ini menelan dana lebih dari Rp192 miliar, bersumber dari APBD Provinsi Kaltim tahun anggaran 2025. Kini semua mata tertuju pada kontraktor dan pemerintah daerah: bisakah proyek vital ini selesai tepat waktu dan memberi manfaat besar bagi warga Kubar dan Mahulu.











